Dalam pewayangan Jawa, dikisahkan bahwa Srikandi lahir karena keinginan kedua orangtuanya, yaitu Prabu Drupada dan Dewi Gandawati, menginginkan kelahiran seorang anak dengan normal. Kedua kakaknya, Dewi Dropadi dan Drestadyumna, dilahirkan melalui puja semadi. Dropadi dilahirkan dari bara api pemujaan, sementara asap api itu menjelma menjadi Drestadyumna.
Dewi Srikandi sangat gemar dalam olah keprajuritan dan mahir dalam mempergunakan senjata panah. Kepandaiannya tersebut didapatnya ketika ia berguru pada Arjuna, yang kemudian menjadi suaminya. Dalam perkawinan tersebut ia tidak memperoleh seorang putra.
Dewi Srikandi menjadi suri teladan prajurit wanita. Ia bertindak sebagai penanggung jawab keselamatan dan keamanan kesatrian Madukara dengan segala isinya.
Masyarakat Jawa sering menyebut perempuan yang memiliki kecakapan dengan sebutan “Sang Srikandi”. Julukan ini merujuk pada tokoh pewayangan Dewi Srikandi. Dalam mitologi Jawa, Dewi Srikandi merupakan teladan bagi para prajurit lantaran memiliki keterampilan memanah dan keberanian yang besar.
Sebagai anak dari Prabu Drupada dan Dewi Gandawati, Dewi Srikandi menjadi salah satu calon penerus tahta Kerajaan Cempalareja. Sejak remaja, dia telah menunjukkan ketertarikannya dalam olah keprajuritan. Diam-diam, Srikandi juga tertarik pada Arjuna. Agar bisa bertemu Arjuna setiap hari, dia memutuskan menjadi murid sang kesatria.
Dewi Srikandi kerap menunjukkan sikap tegas dalam menghadapi musuh-musuhnya. Dalam kemarahannya pun, dia tetap terlihat bijak sekaligus menakutkan. Tak heran, tokoh ini menjadi rujukan untuk menyebut perempuan-perempuan Indonesia yang berani.
0 comments:
Post a Comment